Kamis, 18 Juli 2013

Jangan jadi pimpinan yang dzolim

Sebenarnya gue pengin tulis ini 2 hari yang lalu saat gue denger cerita dari Direktur Keuangan tentang seorang mantan Direktur Utama yang tidak dicuekin oleh mantan staff-nya.  Memang bukan cerita baru bagi gue karena gue adalah saksi hidup dari kenyataan-kenyataan itu. Tapi karena yang ngomong langsung seorang Direktur dan ada beberapa pejabat lain di ruangan itu, so gue pikir ga ada salahnya kalo gue tulis di blog gue. Sekadar mengingatkan gue, jangan sampai gue menerima kenyataan seperti itu karena 'kesalahan' yang gue buat, atau siapa tahu bermanfaat juga bagi pembaca blog gue.

Ceritanya begini. Si mantan Direktur Utama atau gue singkat aja DU itu datang ke kantor yang mengurus pensiunan di perusahaan tempat dia bekerja.  Kantor pensiunan bersebelahan dengan kantor utama perusahaan. Nah saat itu Direktur Keuangan gue atau gue singkat DK lagi di gedung utama perusahaan. Jelas DK gue sangat kenal dengan dengan eks.DU itu karena mereka pernah mengabdi di perusahaan yang sama.  Inti cerita adalah saat DK gue melihat eks.DU itu keluar dari kantor pensiunan dan berjalan sendiri tanpa didampingi oleh siapa pun menuju tempat mangkal taxi. Ironis. Dulu dia tidak mungkin jalan sendiri. Bahkan mobil mewah beserta sopir perusahaan selalu sigap dan siap mengantar kemana pun dia pergi. Setiap orang akan 'berlomba-lomba' menyapa, memberikan perhatian, bahkan kalau perlu membawa tas dia. Tapi itu dulu, saat dia jadi DU. Sekarang?

DK gue dan beberapa orang pejabat yang sedang berada di gedung sebelah pun hanya sekadar melihat dan ...........tidak ada satu orang pun tergerak hatinya untuk menawarkan bantuan mengantarkan eks.DU itu meski cuman sampai ke tempat mangkal taxi. Semua hanya melihat!! Anehnya DK gue bilang.'padahal dia itu baik lho orangnya....'  Nah kalau baik kenapa semua orang jadi cuek sama dia termasuk bapak???

Mungkin yang dimaksud baik itu hanya bagi kalangan eks.DU itu saja.  Kebaikan itu tidak dirasakan oleh semua staf dia. Mungkin hanya kesan buruk yang melekat di ingatan para karyawan sehingga mereka menjadi apatis dan malah cenderung 'mensyukuri' apa yang terjadi. Ibaratnya, kalau sebagian besar atau semua orang yang kita kenal tidak peduli sama kita, apakah itu salah mereka? Bukan kah itu buah dari apa yang pernah kita lakukan terhadap mereka?

Bagi gue itu seperti 'karma'. Kalau kita menanamkan hal yang baik, Insya Allah hasilnya baik. Garbage in garbage out. So, bagi semua pejabat atau pimpinan, ingat lah, jabatan yang anda miliki sekarang akan ada batasnya. Bila sudah sampai batasnya, anda akan lihat 'buah' yang anda tanam. Karena kondisi yang 'riil' yang nyata atas semua kebaikan orang adalah saat kita tidak menjabat. Kalau jadi DU mah wajar semua orang pengin dekat, tapi coba lihat saat dia menjadi eks.DU???


Tidak ada komentar:

Posting Komentar