Senin, 22 Juli 2013

Susahnya jadi pimpinan yang konsisten

Pertama kali gue kenal Direktur Personalia gue waktu dia masih menjabat setingkat manajer di unit keuangan. Gue lihat sepintas lalu orangnya rapi, klimis maksudnya rambut selalu tersisir rapi dan pake minyak rambut dan pakaiannya lumayan tertata. Kalo orang bilang, necis or dandy lah......Tapi cuman segitu saja yang gue kenal dari dia.  

Oiya satu lagi. Saat dia ngajar tentang pelayanan prima di training yang gue ikutin, dia sempat kelihatan surprise sama jawaban and komentar gue tentang pengukuran kinerja karyawan. Gue jelasin beberapa tolak ukur plus formula-nya. Gue lihat dia ga nyangka hal yang berbobot itu keluar dari mulut orang yang tidak dia kenal. Mungkin dia kira gue ga secanggih itu kali otaknya, tapi that is it.

Waktu terus berputar. Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi beberapa tahun kemudian. He....he....jangankan setahun, sedetik aja kita ga tahu. Tuh buktinya banyak orang mati mendadak. Kalo dikasi tau kapan matinya, pasti kasur empuk, taman indah dan ga pake sakit! menjadi pilihan banyak orang. Ga ada satu pun orang milih mati ketabrak truk, digigit buaya atau ketiban besi 10 ton! Itulah hidup, kalau disuruh milih, pasti semua ingin yang enak coy....

Lanjut ke cerita gue. Tahu-tahu keluar SK and gue jadi anak buahnya. Memang ga tiba-tiba amat sih. Gue sempet dipanggil sama dia dan ditanya apakah mau bergabung ke unit kerja dia. Katanya gue punya talenta yang sudah dipantau lama sama dia. Saat itu gue ga langsung mengatakan 'iya'. Gue minta waktu 1 hari untuk berfikir karena kepindahan gue nanti ke unit dia bukanlah promosi, justru malah kerjaan baru.  Dengan pertimbangan gue juga lagi 'dimusuhin' sama Bos gue saat itu, and dia pamornya sedang naik daun di perusahaan gue, syukur-syukur besok bisa bantu gue untuk peningkatan karir or kesejahteraan bagi gue. Wajar kan? impian semua karyawan adalah karir-nya atau gajinya naik, atau kedua-duanya naik. So, besoknya gue menghadap dia dan bilang 'setuju' untuk bergabung di unit dia.

Dari situlah awal pengenalan gue tentang dia.  Stigma 'pemarah' memang benar adanya. Dia dulu yang gue kenal lemah lembut bicaranya jadi berbeda. Sekarang nadanya Si bukan Re lagi. Malah terkadang naik 5 oktaf. Mulanya gue agak keder juga karena belum terbiasa dengan spanning tinggi kayak begitu. Tapi lambat laun gue mulai terbiasa.  Mungkin karena gue pikir gayanya yang pemarah itu representasi dari stress yang dia alami sebagai pejabat 1 tingkat dibawah Direksi.  Kemungkinan itu muncul setelah gue sering denger curhatan-curhatan dia tentang para direktur di perusahaan gue.

Dia bilang Direktur A kurang bijak, Direktur B kurang tegas, Direktur C mau seenaknya sendiri, dan lain lain. Kayaknya semua direktur bermasalah! Yang menarik bagi gue saat dia menyampaikan sesuatu seakan-akan dia lebih tahu bagaimana mengurusi karyawan.  Pengalaman sebagai pejabat di Serikat Pekerja sering dia tonjolkan untuk men-justifikasi kemampuannya  mengendalikan karyawan. Dia bilang, ngurus karyawan harus pake hati, bukan main perintah. Harus bisa menjadi tauladan, bukan sering telat (padahal dia sendiri termasuk pejabat yang paling sulit tepat waktu masuk kerja!).  Dan masih banyak lagi petuah-petuah yang dia ucapkan, seolah-olah dia cocok sekali jadi Direktur Personalia. Tidak hanya cocok, dia akan menjadi role model, contoh konkrit karyawan teladan!!

Beberapa tahun kemudian, Tuhan menggariskan dia menjadi Direktur Personalia di perusahaan gue.  Harapan gue sih sama saat gue masih menjadi anak buah dia bahwa dia akan menyelesaikan semua masalah karyawan yang lumayan berat dan kompleks.  Ternyata.......kenyataan beda dengan harapan.  Dia lebih terkesan otoriter dari sebelumnya. Bahkan raut muka yang masam lebih sering terlihat daripada senyum ramah yang menentramkan hati. Parahnya, kata-kata sinis, menusuk hati makin sering terucap. Semoga yang buruk itu bagian dari 'kekhilafan' dia sebagai manusia. Gue cuman berfikir bahwa terkadang manusia memang lebih sering bisa berkata daripada berbuat. Sering kita menganggap gampang menyelesaikan masalah, tapi tidak pernah mau tahu sumber dari masalah itu, sehingga yang muncul hanya keputusasaan yang terwujud dengan amarah, stress berat, salah keputusan dan lain-lain. Emang gampang jadi pimpinan coy?????

Kamis, 18 Juli 2013

Jangan jadi pimpinan yang dzolim

Sebenarnya gue pengin tulis ini 2 hari yang lalu saat gue denger cerita dari Direktur Keuangan tentang seorang mantan Direktur Utama yang tidak dicuekin oleh mantan staff-nya.  Memang bukan cerita baru bagi gue karena gue adalah saksi hidup dari kenyataan-kenyataan itu. Tapi karena yang ngomong langsung seorang Direktur dan ada beberapa pejabat lain di ruangan itu, so gue pikir ga ada salahnya kalo gue tulis di blog gue. Sekadar mengingatkan gue, jangan sampai gue menerima kenyataan seperti itu karena 'kesalahan' yang gue buat, atau siapa tahu bermanfaat juga bagi pembaca blog gue.

Ceritanya begini. Si mantan Direktur Utama atau gue singkat aja DU itu datang ke kantor yang mengurus pensiunan di perusahaan tempat dia bekerja.  Kantor pensiunan bersebelahan dengan kantor utama perusahaan. Nah saat itu Direktur Keuangan gue atau gue singkat DK lagi di gedung utama perusahaan. Jelas DK gue sangat kenal dengan dengan eks.DU itu karena mereka pernah mengabdi di perusahaan yang sama.  Inti cerita adalah saat DK gue melihat eks.DU itu keluar dari kantor pensiunan dan berjalan sendiri tanpa didampingi oleh siapa pun menuju tempat mangkal taxi. Ironis. Dulu dia tidak mungkin jalan sendiri. Bahkan mobil mewah beserta sopir perusahaan selalu sigap dan siap mengantar kemana pun dia pergi. Setiap orang akan 'berlomba-lomba' menyapa, memberikan perhatian, bahkan kalau perlu membawa tas dia. Tapi itu dulu, saat dia jadi DU. Sekarang?

DK gue dan beberapa orang pejabat yang sedang berada di gedung sebelah pun hanya sekadar melihat dan ...........tidak ada satu orang pun tergerak hatinya untuk menawarkan bantuan mengantarkan eks.DU itu meski cuman sampai ke tempat mangkal taxi. Semua hanya melihat!! Anehnya DK gue bilang.'padahal dia itu baik lho orangnya....'  Nah kalau baik kenapa semua orang jadi cuek sama dia termasuk bapak???

Mungkin yang dimaksud baik itu hanya bagi kalangan eks.DU itu saja.  Kebaikan itu tidak dirasakan oleh semua staf dia. Mungkin hanya kesan buruk yang melekat di ingatan para karyawan sehingga mereka menjadi apatis dan malah cenderung 'mensyukuri' apa yang terjadi. Ibaratnya, kalau sebagian besar atau semua orang yang kita kenal tidak peduli sama kita, apakah itu salah mereka? Bukan kah itu buah dari apa yang pernah kita lakukan terhadap mereka?

Bagi gue itu seperti 'karma'. Kalau kita menanamkan hal yang baik, Insya Allah hasilnya baik. Garbage in garbage out. So, bagi semua pejabat atau pimpinan, ingat lah, jabatan yang anda miliki sekarang akan ada batasnya. Bila sudah sampai batasnya, anda akan lihat 'buah' yang anda tanam. Karena kondisi yang 'riil' yang nyata atas semua kebaikan orang adalah saat kita tidak menjabat. Kalau jadi DU mah wajar semua orang pengin dekat, tapi coba lihat saat dia menjadi eks.DU???


Sabtu, 13 Juli 2013

Ertiga GX baru gue sangat memuaskan!!!

Gue akui awalnya gue memang korban iklan.  Hampir setiap hari gue lihat di TV iklan mobil Ertiga yang di-model-in oleh keluarga Arie Untung.  Sepintas memang menarik, tetapi gue saat pertama lihat iklannya belum begitu terpikat untuk beli. Tapi itulah dasyatnya iklan. Setiap hari diputar alhasil penonton 'dipaksa' memikirkan produk tersebut.

Gue semakin yakin setelah baca harian ibukota yang mengatakan bahwa Ertiga menjadi Car of the Year 2012 dan menggeser salah satu produk andalan sang kompetitor. Lengkap lagi saat gue terima brosur yang rutin beredar setelah sholat jumat di Masjid.  

Setelah gue itung-itung benefit plus keuangan yang gue punya, rasanya gue perlu punya ini mobil!  Tanggal 27 Juni gue menuju show room Suzuki PT Buana Indomobil Trada. Setelah tanya sana sini sama si Sales, gue dipersilakan test drive. Waktu itu ada insiden kecil saat test drive. Segitiga plastik pembatas parkir nyangkut ketabrak dan nyangkut di bawah mobil. Makanya gue ngerasa ada bunyi-bunyi yang ga sewajarnya waktu bawa mobil test drive. Untungnya security show room ngelihat dan segitiga plastik itu akhirnya dicabut sebelum kami test drive di jalan raya.

Tanggal 27 itu juga gue bayar tanda jadi sebesar Rp 800.000 karena harga total mobil itu Rp 185.800.000 (baca: seratus delapan puluh lima juta delapan ratus ribu rupiah).  Sayangnya gue ga bisa langsung bawa tuh mobil. Harus inden yang katanya bisa makan waktu 1 sampai 2 bulan!
Dimandiin karena abis hujan-hujanan
Perlu cari 'teman' untuk Ertiga GX-ku


Tepat tanggal 3 Juli 2013, artinya 1 bulan lebih 5 hari mobil Ertiga GX diantar dan resmi menjadi milik gue!
Tahu ga? gue masih nervous belum berani langsung coba itu mobil. Lusanya tanggal 5 baru gue pake bareng temen Ceko gue Lada & Jana. Bahkan mereka yang gue suruh nglepas semua plastik jok dan beberapa stiker dan tissue di jendela kaca.

Gue sangat puas dengan interior dan tarikannya yang ga goyang sama sekali saat kecepatan di dashboard menunjukkan 120 km/hour!!!  Remote controlnya pun unik dan bikin gue norak banget sampai-sampai ke dealer cuman pengin tanya aja. Kenapa? Karena sebelumnya setiap gue tekan remote yang ngebuka hanya pintu di bagian sopir saja. Pintu yang lain terpaksa gue buka manual dari dalam satu persatu. Ribet kan??? Apalagi gue bawa temen bule gue! Pikir mereka gue norak banget and mobil gue pun bisa jadi dipikir mereka aneh! Setelah gue ke dealer, mereka menjelaskan bahwa remote control-nya memang didisain kalau ditekan 1x yang terbuka hanya pintu sopir. Kalau ingin pintu yang lain juga terbuka, remote harus ditekan 2x secara berurutan. Tengsin juga sih waktu dapat penjelasan orang Suzuki, tetapi lebih baik nanya daripada repot tiap hari cuman bukain pintu mobil doang!!

Memang selain double blower, Ertiga GX sebagai seri tertinggi saat ini juga dilengkapi dengan double air bag. Untuk yang ini amit-amit jangan sampai kepakai! Yang membedakan dengan mobil sekelasnya, Ertiga GX pada bagian stir dilengkapi tombol untuk audio yaitu besar kecilin volume, tuning radio dan mute.  Gue puas dah......................!!!!

Cobaan kedua puasa yang lebih berat

Memang hujan saat itu deras sekali siang itu. Angin bertiup lumayan kencang, tapi untungnya tidak dibarengi dengan petir. Namun, siang itu bagi gue serasa petir di siang hari. Menggelegar sangat kencang dan menghantam tepat di hati gue.  Rasanya pengin berontak, menjerit, dan berteriak 'Brengsek.......!!!!' tapi alhamdulillah, Ramadhan mengingatkan gue bahwa harus sabarrrr..........

Gimana ga mau marah? Gue benar-benar sedang dipermainkan oleh anak gue.  2 minggu yang lalu dia menyatakan ingin pindah sekolah dan ingin sekali tetap di sekolah negeri sebagaimana sebelumnya.  Sebagai orang tua jelas kita ingin memberikan yang terbaik buat anak.  Gue ga mau otoriter, kita semua berunding sebelum ngambil keputusan. Akhirnya diputuskan untuk mendaftar di 2 sekolah dengan tujuan kalau ga diterima di sekolah yang satu masih punya kesempatan di sekolah yang kedua.

Sekolah yang pertama adalah sekolah favorit dan yang terbaik di kota ini. Bahkan kata orang sekolah ini satu-satunya yang memegang sertifikat ISO. Ya.....gue sih percaya aja...Secara fisik kondisi sekolah bagus, lokasi sangat baik karena berada di tengah kota dan mudah dijangkau oleh bermacam transportasi umum. Dan alumninya terbukti oke. Sebagian teman-teman gue berasal dari sekolah itu. Jadi menurut gue, sekolah ini memang layak menjadi yang terbaik.

Semua informasi cara masuk/pindah sudah kita dapat langsung dari kepala bidang pembinaan yang punya kewenangan mengatur kurikulum.  Memang si kepala pembinaan ini orangnya agak nyentrik. Tapi dimata gue justru terlihat tegas bila bicara masalah pembinaan.  Gue ingat betul kata-katanya,'saya tidak peduli dia anak siapa. Bagi saya, semua murid harus patuh terhadap ketentuan sekolah. Kalau sekolah memberlakukan tes masuk bagi yang pindah, maka siswa tersebut harus dites, meskipun nilai Matematika dan Bahasa Inggris sebagai syarat tes di atas 75!!' Salut.....gue demen sama guru yang beginian. Syukur-syukur ga dimulut doang.

Sampailah pada waktunya. Ujian masuk yang semula ditetapkan jam 7.30, molor jadi 09.00 (baca: capek deh.......). 12 dari 17 siswa yang daftar memasuki ruang Multimedia di lantai 2 gedung sekolah itu.  Kepala bagian Tata Usaha Sekolah sempat mempersilakan para orang tua ikut hadir di dalam ruangan dan diberi briefing sebentar tentang tata cara ujian masuk dan kelulusan siswa.

Selama ujian, gue nunggu di lantai bawah dekat parkir motor. Perut mulas ntah salah makan atau stress sudah teratasi dengan 'mengotori' toilet sekolah. Sekarang tinggal mata yang ngantuk berat. Maklum, harusnya Sabtu libur kerja ini gue biasanya istirahat alias tidur puas, tapi demi anak ya harus ditahan.

Sekitar jam 11.15 anak gue keluar ruang ujian. Dia bilang, soal Matematika sulit banget. Gue menanggapi nyantai aja karena namanya juga ujian ya pasti sulit. Guru sekolah mengatakan bahwa nanti jam 12.30 akan diumumkan siapa yang lulus. Tapi si guru nyentrik ini memang lain. Anak gue di 'uji nyali'-nya berkali-kali dari mulai katanya 'ga lulus', 'sudah pulang saja' sampai kata-kata yang menurut gue bisa menjatuhkan semangat anak.

Tepat jam 12.30, KaBag TU menempelkan kertas pengumuman kelulusan dan ternyata anak gue lulus tapi dengan ranking terakhir karena nilainya memang paling rendah! Senang banget rasanya. Usaha dan doa gue seperti didengar dan dikabulkan Tuhan. Para orang tua dipanggill Kabid Pembinaan dan berkumpul di suatu ruangan dekat ruangan kepala sekolah untuk mendapat pengarahan.  Disampaikan bahwa kami harus membayar uang pindah sebesar Rp 750.000 dan dana OSIS sebesar Rp 150.000.  Tidak itu saja, Kabid Pembinaan itu juga mengedarkan selebaran yang isinya berupa surat pernyataan bahwa kami sebagai orang tua akan memberikan sumbangan ke sekolah secara rutin setiap bulan dengan besaran tergantung orang tua siswa. Kata salah satu ibu yang anaknya juga lulus, itu semacam SPP karena di sekolah ini tidak ada kewajiban SPP dan diberlakukan sumbangan. Katanya sudah kesepakatan para orang tua siswa tahun sebelumnya untuk membayar 'SPP' itu Rp 200.000 per bulan. Tapi kalo mau ngasi lebih juga ga apa-apa.

Tiba-tiba, jedarrrrr!!!!!! anak gue memutuskan tidak mau sekolah di sekolah itu dengan alasan yang ga masuk akal dan berbelit-belit jawabnya. Dia memutuskan untuk memilih sekolah yang kedua! Gue sudah berusaha menyakinkan dia bahwa ada dua kemungkinan dia diterima atau tidak di sekolah yang kedua karena sekolah tersebut juga memberlakukan tes bagi siswa pindahan. Maksud gue agar dia mengambil yang sudah pasti, bukan keputusan yang belum pasti hasilnya.  Tapi, kembali lagi gue ga mau otoriter sebagai orang tua. Akhirnya gue pasrah mengikuti keputusan anak. Cuman gue ingatkan dia bahwa ini keputusan dia, so dia harus bertanggung jawab terhadap apapun hasilnya.

Kesal dan marah sudah pasti iya. Gue ga munafik. Usaha keras dan perhatian sudah diberikan. Hasil sudah didapat, tapi berhenti ditengah jalan, menyerah, namun ingin memulai lagi hal yang sama tetapi belum pasti hasilnya?

Ga salah kalo gue bilang, ini cobaan puasa kedua yang lebih berat di bulan Ramadhan ini. Cobaan pertama gue adalah perut mules-mules (baca: buang air besar 4 kali) di hari pertama puasa pagi hari dan sorenya terjebak macet 2 jam di jalan pulang dan berbuka puasa hanya dengan air putih!

Kamis, 11 Juli 2013

E.....Pembantuku akhirnya puasa juga?!

Ga disangka ga dinyana, setelah 6 tahun ikut sama gue, akhirnya di bulan Ramadhan tahun 2013 ini pembantu gue Saimo berpuasa! Dari dulu emang gue sering nyindir dia, masa udah gedhe (baca: tua!!) ga pernah puasa? dia sih bilang kalo dulu waktu kecil pernah berpuasa, tapi ga pernah dalam sejarahnya 'lulus' dan bagi dia sangat berat alias ga mungkin puasa kalo dia harus bekerja sebagai kuli bangunan.  Alasannya sih masuk di akal, tapi ga masuk di keyakinan.  Kayaknya Tuhan juga ga bakal ngasih cobaan kepada umat-Nya diluar batas kemampuan kan? So, makanya gue ga bisa terima alasan dia and terus mencoba meyakinkan dia kalo puasa Ramadhan itu wajib bagi umat Islam. 5 tahun gue gagal total!!
Saimo sedang menyiapkan sahur. Lihat tuh kaos kaki!!


Pembantu gue yang satunya sih memang dari dulu juga puasa. Bani namanya. Dia istri dari Saimo.  Meski sudah punya anak dua sekarang, Bani tetap rajin puasa.  Cuman, dia juga gagal mengajak suaminya puasa. Rasanya gue ama Bani hampir bisa dikatakan apatis dan hampir putus asa. Buat apa nyuruh-nyuruh atau ngajak orang berpuasa kalo memang hatinya sudah tertulis dengan huruf besar kata TIDAK. 

Tapi, siapa yang bisa tahu dengan kekuasaanNya? Yang tidak mungkin bisa menjadi sangat mungkin. Bagi Dia semuanya BISA!! Buktinya ya kemaren itu.  Waktu sahur gue agak aneh, kok ada piring Saimo penuh nasi dan lauk? Oiya gue pake istilah piring Saimo karena di rumah gue, dia tidak pernah menggunakan piring-piring yang gue beli. Dia lebih suka memakai piring hadiah dari toko atau supermarket kalo kita beli barang promo. Gue sih ga feodal orangnya, bahkan sering gue paksa dia pake piring gue, tapi tetap aja. Saimo orangnya lumayan keras pendiriannya. Saking kerasnya, gue sampe marah besar karena dia termasuk orang yang sulit mengatakan kata 'maaf'. Entah prinsip hidup seperti apa yang dia anut, tapi bagi gue kalo kita memang jelas-jelas salah ya ga perlu malu, gengsi atau takut untuk minta maaf. Karena menurut gue kata 'maaf' itu sangat ampuh memadamkan emosi orang yang kesal dengan kesalahan kita. Kata 'maaf' juga cerminan dari jiwa besar kita dan pengakuan kita sebagai manusia yang memang tidak sempurna. Gue kok jadi ngelantur ngomongnya he....he.....
Menu rutin sahur gue seperti biasa tanpa nasi
Menu 'wajib' berbuka gue, kurma dan segelas teh hangat tanpa gula


Kembali ke puasa. Sahur pertama di bulan Ramadhan ini terasa lain bagi gue karena Saimo tidak hanya menemani gue atau nongkrongin and melototin gue makan sahur, tapi dia benar-benar ikutan sahur.  10 Juli 2013 adalah sahur pertama gue dengan pembantu gue. Semoga tahun-tahun berikutnya dia juga tetap puasa dengan atau tanpa bareng sahur ama gue. Aamiiin..............................

Sabtu, 06 Juli 2013

Tamu pertama di rumah baruku

Akhirnya datang juga tamu pertama gue di rumah baru gue.  Awalnya gue ragu karena rumah baru gue juga belum lengkap. Masih banyak yang harus gue beli. Kalo dari tampilan luar sih bisa jadi menipu mata orang yang melihat. Megah and nyolok banget berada di pinggir jalan. Tapi kalo melongok ke dalam, he....he....masih banyak yang harus dibenahi, cing....

Kalo sekadar kamar untuk tamu sih gue udah siapin. Kamar mandi tamu pun udah. Dapur baru setengah, tapi bisalah kalo untuk sekadar masak air, ceplok telor atau bikin mie instant.  Gue udah cerita sama calon tamu gue yang gue kenal lewat ajang CS yang terkenal itu. Mula-mulanya gue terima request dari mereka yang mau nginap di rumah gue. Karena gue lihat orang-orangnya bisa dipercaya, so gue incline alias approved!. Jadilah tanggal 4 Juli 2013 hari Kamis sore, Lada dan Jana dari Ceko datang dan menginap di rumah gue sebagai tamu pertama rumah baru gue.

Jumlah kamar tidur di rumah gue sebenarnya ada 5, tapi yang siap pake baru dua. Satu untuk gue sendiri, satu lagi untuk tamu. Lada dan Jana gue taruh di kamar lantai 2 yang siap pake berikut kamar mandi di dalamnya.  Kamar itu sudah pasang AC-nya, tapi menjelang mereka datang saat gue pasang 2 AC untuk kamar lainnya, teknisi AC gue suruh ngecek AC lainnya. Ternyata AC di kamar tamu kurang freon katanya. Makanya gue sering merasa ada yang ga beres dengan AC di kamar itu saat gue dipijat sama tukang pijat langganan gue. Untungnya masalah segera teratasi sebelum tamu jauh gue datang.

Lada dan Jana adalah pasangan yang ga mudah lagi karena mereka berusia sekitar 30-an. Usia perkawinan mereka memang masih muda dan belum dikaruniai seorang anak.  Tapi sepertinya urusan anak ga jadi masalah besar buat mereka, meski gue bisa lihat betapa mereka mendambakan seorang Lada Junior atau Jana Junior di apartemen mereka di Brno. Kenapa gue bisa bilang begitu? CD video komedi keluarga yang mereka kasi ke gue bercerita tentang bapak-bapak yang super sibuk dengan anak-anak kecilnya karena ditinggal ibunya yang sedang pengin hang-out dengan urusan kewanitaannya. Stebou me bavi svet.
Gue ga nolak kalo kalian kasi wine dari Ceko yg katanya enak banget itu

Pasangan ini sangat romantis, sering bikin iri gue dan mereka ga pernah sungkan menunjukkan keromantisannya di depan umum. Alamak........!!!!
Selain doyan tempe goreng, mereka sangat doyan pisang goreng jg

Hari pertama gue jemput mereka di Terminal 1A setelah perjalanan mereka dari Semarang.  Lumayan kesal melihat traffic menuju bandara Soekarno-Hatta yang macet ga jelas kenapa. Mereka terpaksa menunggu 30 menit sampai akhirnya gue temuin di hall kedatangan Lion Air di Terminal 1A. Oiya, gue nekat jemput mereka pake mobil baru gue Ertiga GX yang masih pake nomor sementara dari dealer.

Gue tahu mereka pasti belum makan malam karena sudah pasti juga ga dapat apa2 di pesawat! Makanya gue putusin langsung menuju restaurat terdekat di bandara. Gue pilih rumah makan Negla karena Lada dan Jana bilang kalo mereka suka makanan Indonesia dan ga masalah dengan yang pedas-pedas. Dugaan gue benar.  Mereka pesan lumayan banyak lauk.  Ada pepes tahu, pepes ikan teri, sup iga dan tempe goreng! Bahkan iga bakar yang gue pesan pun mereka cicipi juga! laper ya.....????

Sampe di rumah gue, mereka gue lihat senyum senang. Apalagi setelah masuk kamar. Mereka bilang kayak hotel. Gue jadi terharu. Dan yang lebih gue terharu sekaligus menyesal saat gue ga bisa menerima mereka waktu mereka datang ke Indonesia tanggal 21 Juni karena gue ada tugas keluar negeri mendadak. Tau ga, katanya mereka nginap di terminal bandara dan memutuskan me-reschedule alias mempercepat penerbangan ke Bali. Gue rasanya bersalah banget.

Berbagai macam topik cerita mengalir begitu saja. Mereka ngasi gue coklat Studentska asli Ceko, CD video komedi dan brosur tentang Czech Air Navigation Institute yang katanya titipan teman Lada. Meski ga ada hubungannya dengan pekerjaan gue, tapi namanya titipan ya gue terima aja, siapa tau ada teman gue yang berminat. Malam pertama dengan mereka kami akhiri dengan minum wine De Bortoli tahun 2010-750ml produk Australia yang ada sejak 1928.

Hari Kedua pagi jam 7 kami meluncur ke Taman Mini Indonesia Indah. Ini atas saran gue, karena dari beberapa lokasi yang disebut mereka menurut gue kurang tepat bagi turis Eropa. TMII lebih tepat dan cara mudah mengenal budaya Indonesia dalam waktu 2 jam, benar ga? Alhasil pegal semua kaki gue.  Memang ga semua anjungan kami datangi, tapi  pegal juga, non! Kami pergi ke anjungan Sumatera Barat, Riau, Kalimantan Tengah, Kepulauan Riau, Jawa Tengah, Bali dan Sulawesi Selatan. Saat di anjungan Jawa Tengah kami menikmati teh sekaligus melepas lelah. Ibu-ibu di kantin itu sedang makan tempe hangat. Jana kayaknya pengin banget. Gue langsung aja bilang sama ibu tsb, e.....doi langsung ngasi 4 potong tempe goreng hangat, gratissss. Bahkan saat kami mau pergi, ibu yang baik itu (gue lupa namanya), malah ngasih 4 potong lagi plus bakwan. Waduh......bener2 rejeki and baik banget tuh ibu..............Lada and Jana cuman bisa nyengir tersipu dan berterima kasih. Tuhan sepertinya memberkati perjalanan kami. Mobil aman, perjalanan lancar, banyak orang baik dan kemudahan saat keluar TMII karena tiket ga ketemu nyelip ntah kemana. Makan siang kami di Bakul Sunda Metropolis Tangerang yang terkenal dengan iga penyet-nya. Kedua bule itu sangat menikmati semua makanan yang gue sodorkan. Malam kedua kami akhiri dengan wine Glos de Lupe Bourgogne asal Perancis tahun 2010.

Hari Ketiga pagi kami berangkat lebih awal. Jam 6.30 kami meluncur ke Glodok dan Kota Tua. Jujur gue juga bingung apa yang dilihat di Glodok? cari elektronik, bu? Chinatown seperti yang tertulis di buku Tourist Guide rasanya udah ga cocok lagi. Loe bisa lihat sendiri, banyak gedung-gedung tua yang ga terawat dan terkesan kumuh dan rusak. Tapi karena satu jalur dengan Kota Tua ya gue bawa aja mereka.  Kembali lagi, kalo boleh jujur gue juga ga pernah tahu betul Kota Tua. Selama ini cuman lewat doang. Gue parkir mobil di tempat parkir Batavia Cafe. Gue ingat dan pernah lihat di TV kalo cafe ini lumayan unik and ngetop. Ternyata benar. Desain arsitektur gaya kolonial terawat betul dan keren abis! Foto para selebiriti dunia terpampang di dinding sekitar tangga, bahkan di toilet pun kalian bisa lihat berbagai macam foto lengkap dengan piguranya. Secangkir kopi lumayan sebagai syarat numpang parkir dan foto-foto di dalam cafe. Selanjutnya kami masuk ke Museum Wayang, bayar Rp 5000 per orang. Mengantisipasi Jakarta yang unpredictable traffic-nya, kami memutuskan jam 10 segera kembali ke rumah.
Rehat kopi sejenak di Batavia Cafe-Kota Tua Jakarta

Setelah rehat sebentar sekaligus cek terakhir barang dan menikmati pisang goreng sebagai appetizer menjelang makan siang, kami meluncur ke bandara jam 13.15.  Kami memutuskan makan siang dulu di Es Teler 77 sekitar bandara yang dekat dengan Terminal 2. Pindang bandeng, bandeng bakar, es teler, tape bakar coklat keju disantap mereka. Memang sih ga semua habis, tapi sepertinya mereka menikmati semua hidangan. Jam 15.30 kami sudah berada di depan Terminal 2E.  Jana sempat memberi 1 lembar post card Brno sebelum kami saling berjabat tangan untuk berpisah. Gue ga nyangka, gue pikir cuman sekadar post card dengan gambar tempat-tempat wisata di Brno, tapi ternyata ada tulisan ucapan terima kasih yang sangat dalam dari mereka atas pelayanan gue sebagai tuan rumah dan teman jalan mereka. Jam 17.45 Sabtu 6 Juli 2013 pesawat Qatar Airways membawa Lada dan Jana ke Itali. Mereka ingin bermalam di rumah teman mereka di Roma sebelum ke Austria dan meneruskan perjalanan pulang dari Wina ke Brno lewat jalur darat alias pake bus. Selamat jalan kawan, gue sangat senang punya kawan seperti kalian. Jaga keromantisan kalian, tetap kompak. 5 tahun ke dapan gue cek, awas kalo bubaran!

MENGAPA HARUS BLOG??

Sebenarnya gue udah kenal lama sama yang namanya Blog. Bahkan gue tau beberapa selebriti yang punya dan menggunakan media Blog sebagai alat promosi diri dan mendekatkan diri dengan penggemarnya. Sama sih sebenarnya fungsinya dengan Facebook dan Twitter. Yang membedakan hanya tampilan doang. Ujung-ujungnya sama jadi ajang narsis para seleb!!!

Ga salah juga kalo gue juga pake Blog sebagai ajang narsis. Tapi bedanya gue ga perlu promosi diri karena gue juga bukan siapa-siapa, dan ga penting banget buat kalian ketahui. Gue pake Blog hanya untuk diary catatan perjalanan hidup, curahat hati, komentar ngalor ngidul, cerita tentang orang-orang dekat gue, so makanya gue pake judul GADO GADO.

Berhubung media ini gratis dan praktis, so ga salah kalo gue pilih Blog. Kalau FB dan Twitter terlalu terbatas buat komentar. Maklum gue orangnya suka cuap-cuap, ga cukup kalo ngomong harus dibatasi sekian karakter sekian huruf sekian gambar. Loe boleh komentar, itu hak loe 100%. Tapi gue juga punya hak ga menanggapi. Kenapa? Ya karena tujuan gue hanya untuk cerita perjalanan diri gue, diary gue. Loe ga perlu tersinggung karena rugi cuman buang energi doang. Kalo mau baca silakan. Sekadar lewat pun silakan.  Itung-itung gue pake Blog berarti punya database unlimited gratis, ga perlu beli USB!!!