Bulan September ini, giliran Josu dan Aines yang datang dan menginap di rumah gue. Mereka dari Barcelona Spanyol yang sengaja terbang jauh ke Indonesia, mengeksplorasi keindahan beberapa tempat wisata di Sumatera sebelum akhirnya menginap di rumah gue.
Lihat jidat si Josu, gimana ga mudah ngenalin dia? |
Mereka hobby banget musik reggae seperti kebanyakan anak pantai. Beberapa koleksi musik reggae Josu ditransfer ke laptop gue. Cool banget, man. Memang benar-benar anak pantai, sampai-sampai mereka bela-belain pergi ke Mentawai hanya karena ingin berselancar di salah satu pemilik ombak terbaik di dunia. Dan satu lagi yang membuat gue salut sama mereka berdua, mereka pasangan survival yang tangguh. Bayangin, selama perjalanan ke luar negeri mereka tidak pernah tinggal di hotel. Mereka memilih tenda sebagai 'tempat tinggal'. Low life style? Ternyata mereka memang benar-benar ngirit. Bergaya hidup sederhana terpaksa mereka lalui karena sudah beberapa bulan ini mereka belum punya pekerjaan tetap. Keinginan traveling tidak dapat mereka bendung dan tidak ingin berhenti hanya karena tidak mampun bayar kamar hotel. Top kan? Ga semua orang bisa seperti mereka. Kalau sehari atau dua hari sih mungkin masih tahan. Tapi coba kalau setiap traveling harus menginap di tenda? Gue yakin loe orang pasti ga mau.
Mereka nyampe malam hari di Jakarta. Penerbangan dari Padang tertunda sekitar 3 jam. Sriwijaya Air kali ini berulah dan gue yang kena getahnya. Gue nyampe persis sesuai jadwal kedatangan, tapi ga taunya di tv monitor tertulis penerbangan ditunda. Damn!!
Ga sulit mengenali Josu dan Aines karena dalam emailnya Josu bilang bahwa disamping bule, Josu mukanya sedang diperban dan rasanya jarang sekali ada dua orang penumpang dengan ciri-ciri yang sama dalam 1 pesawat. Alat bantu tv monitor di Bandara Soekarno-Hatta sangat membantu gue menemukan tamu gue. Kening Josu ada perban, hidungnya pun dibalut perban. Saat gue tanya di email, Josu bilang ntar aja kalo udah nyampe di Jakarta, katanya ceritanya panjang. Ga taunya kena hantam batu karang pantai saat surfing.
Hari pertama kita isi dengan makan malam bersama di warung seafood pinggir jalan. Gue sih maunya bawa mereka ke restauran, tapi jam sudah menunjukkan pukul 21.30 rasanya sulit cari restauran sekitar bandara yang buka jam segitu. Restauran di terminal mahal semua, so gue pikir lebih baik kami makan di luar bandara saja, biar aman dompet gue, he.....he.....Untungnya mereka tidak keberatan. Awalnya gue ragu, takut mereka ga nyaman di warung, e ga taunya mereka bilang selama di Sumatera mereka sering makan di warung nasi. Katanya lebih murah. Oala.....bule pun milih yang murah.
Hari kedua pagi tepatnya di hari Minggu, kami menuju Monas. Tololnya gue lupa kalau hari Minggu adalah car fee day dan gue tanpa sadar melajukan mobil ke arah Sudirman dari Slipi. Saat mau masuk kawasan Sudirman baru gue sadar kalau hari itu car free day. Akhirnya kami putuskan langsung saja menuju Taman Mini. Sekali lagi gue bawa temen bule gue kesana karena menurut gue tempat ini paling cocok untuk orang asing yang ingin tahu budaya dan keragaman seni tanah air kita. Sepulang dari Taman Mini, mereka minta diantar ke supermarket. Katanya ingin beli bahan-bahan untuk membuat omlet istimewa buat gue sore ini. Omlet sore hari? Menurut gue ga ada salahnya juga makan omlet di sore hari, emangnya ada ketentuan makan omlet harus pagi hari?
Gaya masak Aines,,,,sexy juga kan? |
Special omlet and red wine....hmm...... |
Ada yang berkesan di hari kedua ini buat gue dan mereka karena sebelum ke supermarket, gue harus mengantar Josu ke rumah sakit untuk cek luka di kening dan hidungnya. Sebelum ke rumah sakit, kami makan siang dulu di restaurant dekat rumah sakit. Udah capek-capek gue milih menu, ga taunya mereka cuman pesan nasi putih dua, satu porsi sayur genjer dan satu porsi sayur tauge. Saat gue tanya apakah mereka ga ingin makan lauk seperti ikan, ayam atau seafood yang tersedia di restaurant itu. Katanya, mereka sudah biasa makan seperti itu. Sepertinya mereka mau ngirit lagi. Alih-alih ga tega mendengar cerita mereka, makan siang ini gue yang bayar. Josu maunya bayar fifty-fifty, tapi udahlah...gue perlu bantu mereka.
Hari ketiga adalah hari perpisahan. Pagi hari mereka gue antar ke bandara. Sekali lagi, gue dibikin terheran-heran sama mereka. Hanya alasan tiket murah, mereka harus terbang ke Guangzhou dulu sebelum ke New Zealand. Gila!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar